Senin, 30 September 2013

Aplikasi Dapodik 2013/2014

Software baru Aplikasi Pendataan Dikdas Tahun Ajaran Baru 2013/2014 pasti sangat di tunggu – tunggu oleh semua operator. Setelah beberapa waktu lalu aplikasi ini mengupdate versinya menjadi Aplikasi Pendataan Dikdas v2 untuk Tahun pelajaran 2013/2014 aplikasi ini akan mendapat pembahruan kembali.
Dengan menggunakan aplikasi baru ini, operator sekolah bisa menginput peserta didik baru yang sebelumnya saat pilihan login TA 2013/2014 belum tersedia. Namun sebelum kita bisa menikmati aplikasi baru ini, sebaiknya operator memperbaiki data yang salah dan melengkapi data yang kurang

Berikut ini Info Aplikasi Pendataan Dikdas Tahun Ajaran Baru 2013/2014

  1. Data yang sekolah pernah dikirimkan ke server akan dikemas menjadi prefilled/data awal yg didistrubusi persekolahan diaplikasi yang baru ketika mengaktivasi kode registrasi dalam keadaan offline. Sehingga data muncul dengan sendirinya (prefiled). Jadi Operator Sekolah hanya mengentri siswa baru dan mengupdate yg naik kelas 
  2. Data prefilled akan diambil pengiriman max 1 juli 2013, update data setelah tanggal tersebut tetap dapat masuk ke server dan digunakan oleh p2tk tapi tdk dapat dikemas menjadi prefilled 
  3. Kenaikan kelas, siswa baru di update di aplikasi baru yang akan dirilis tanggal 15 JULI 2013, Setelah TOT dg dinas prov/kabkota 
  4. Aplikasi Dapodik tahun ajaran 2012-2013 dapat digunakan s.d awal agustus, selebihnya gunakan aplikasi baru. 
  5. Segera perbaiki dan lengkapi jika ada kekurangan data, juga data yg bermasalah. Informasikan dan bantu sekolah yang belum kirim data.
  6. Yang Mau Download aplikasi Terbaru Tanggal 1 Oktober 2013 V2 beta, silahkan di klik Disini 
Sekian info mengenai Aplikasi Pendataan Dikdas Tahun Ajaran Baru 2013/2014

MAMA SEMPUR PLERED

     Tidak diketahui secara pasti kapan beliau dilahirkan. Tapi yang jelas Tubagus Ahmad Bakri adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh di daerah Purwakarta. Bahkan hampir bisa dipastikan bahwa karena jasa beliaulah sejumlah pesantren berdiri di daerah tersebut. Tidak hanya itu, di kalangan masyarakat Jawa. Barat nama Ahmad Bakri sangat terkenal sebagai guru tarekat tertinggi dalam ajaran tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.
    Ayahnya, Tubagus Sayidah, adalah pemimpin Pesantren Salafiyah Sempur. Di samping sebagai ulama, ayahnya juga dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan pemerintah kolonial. Layaknya keturunan kiai, pendidikan awal Ahmad Bakri diperolehnya dari ayahnya. Melalui ayahnya, ia mengenal cara membaca al-Qur’an dan ilmu dasar keislaman.
    Setelah merasa cukup mendidiknya, ayahnya kemudian mengirim Ahmad Bakri ke Mekah. Pada waktu itu, tradisi belajar ke Timur Tengah sangat lazim di kalangan kiai tradisional. Di Mekah ia belajar tafsir kepada Sayyid Ahmad Dahlan, salah seorang ulama besar yang mengajarkan Islam Madzhab Syafi’i. Di sana, ia juga belajar pada ulama Nusantara yang menetap di Mekah, yaitu Syekh Nawawi Banten dan Syekh Mahfudz Termas. Khususnya kepada Syekh Nawawi Banten, Ahmad Bakri belajar fikih.
    Demikanlah, KH Bakri mendalami pengetahuan agamanya dengan berguru kepada dua ulama Nusantara yang begitu terkenal. Dalam keyakinan pelajar jawa bahwa mereka akan dianggap menyempurnakan pelajaran apabila mendapat bimbingan terakhir dari ulama kenamaan kelahiran Jawa (Zamahsyari, 1981).
     Setelah pulang ke tanah air, Kiai Ahmad Bakri mendirikan sebuah pesantren di Darangdang, Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Pesantren ini dinilai sebagai pesantren tertua di daerah tersebut. Demikianlah untuk selanjutnya ia mengelola pondok pesantren dan menjadi guru penyebar Tarekat Naqsabandiyah di daerah tersebut.
Pemikirannya
    Untuk mengungkap pemikirannya kita dapat melacak sejumlah catatan kecil yang ditulisnya, ceramah-ceramah serta kandungan kitab yang ditulisnya.
     Dalam Cempaka Dilaga, misalnya,  KH Ahmad Bakri menjelaskan beberapa prinsip hidup yang harus dilakoni oleh umat Islam. Yaitu keharusan berbuat baik terhadap tetangga agar kita dapat hidup di dunia dengan aman, terutama aman dalam ibadah dan mengabdi kepada Allah.
    Di bagian lain kitab ini, ia berpendapat bahwa seorang muslim hendaknya patuh dan menaati pemerintah — bahkan terhadap pemerintah yang lalim sekalipun selama pemerintah tidak memerintahkan rakyatnya untuk menyalahi perintah Allah atau melarang untuk berbakti kepada Allah SWT.
    Selain itu, Ahmad Bakri menjelaskan bahwa dalam mengambil seorang muslim hendaknya pada prinsip-prinsip Ushul Fikih. Misalnya ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang tidak dapat dihindari, maka menurutnya orang tersebut hendaknya memilih perbuatan yang paling sedikit mudaratnyd (akhaf al-dlaruryn). Ia juga menganjurkan agar seseorang mendahulukan untuk menolak mafsadat daripada melakukan pekerjaan yang mendatangkan manfaat. Menurutnya, menghindari mafsadah lebih utama ketimbang mencari manfaat.
    KH Ahmad Bakri juga memperbincangkan perilaku manusia yang sangat mendasar, yaitu makan. Menurutnya, makan merupakan kewajiban, dan oleh karenanya makan termasuk bagian dari ajaran agama Islam. Karena makan merupakan salah sendi yang dapat menguatkan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. dan melakukan perintah-perintah-Nya.
Lebih lanjut KH Ahmad Bakri menjelaskan bahwa seseorang sejatinya mengetahui etika makan.   
    Dengan demikian, seseorang dapat mencapai manfaat makan sehingga makan dapat dinilai sebagai ibadah.
    Ahmad Bakri termasuk ulama yang tidak sepakat dengan ajaran Wahabi yang berkembang di Mekah. Bahkan ia menilai bahwa Muhammad Abdul Wahab, pendiri Wahabi, adalah musuh Rasulullah Saw. Ketidaksepakatan terhadap ajaran tersebut dituangkannya dalarn sebuah bukunya yang berjudul Idhah al-Kardtiniyah fi Ma Yata’allaqu bi Dhalat al-Wahabiyah.
Selain itu, Ahmad Bakri juga menyinggung persoalan pendidikan. Sebagaimana di ketahui, ia hidup pada masa peperangan dan pada saat itu banyak orang yang ikut berperang melawan penjajah.   
    Disinilah ia menangkap realitas di mana pendidikan begitu terabaikan. Menyikapi kenyataan ini, ia menyatakan perlunya sebagian orang untuk tetap memperhatikan pendidikan dan tidak ikut berperang. Untuk mengukuhkan pendapatnya, ia mengutip ayat al-Qur’an, khususnya surat At-Taubah ayat 22.
   Meskipun Ahmad Bakri tidak terlibat langsung dalam kancah politik, namun pandangangan-pandangan dan pilihan politiknya diikuti oleh masyarakat setempat. Ia bukanlah tipe propagandis yang kerap memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Alih-alih memaksakan keinginannya, malah ia memberikan kebebasan kepada para santrinya untuk menentukan sikap politiknya.
    Demikianlah gambaran singkat tentang sosok yang relatif moderat dalam menyikapi persoalan. Hanyalah sosok yang matang secara intelektual dan emosional-lah yang mampu menampilkan sikap moderat. Dan KH. Tubagus Ahmad Bakirlah yang memiliki kematangan intelektual dan emosional sekaligus. Beliau meninggal pada malam Senin, 1 Desember 1975 M bertepatan dengan tanggal 27 Dzu al-Qa’dah 1395 H.